"Alhamdulillah dapet beasiswa AAS setelah putus sama pacar", ucap salah satu awardee AAS di akun youtubenya dan sayangnya aku lupa namanya.
Well hey! pesan-pesannya masih terngiang di otakku. Thanks to mbaknya, anyway.
Ini salah satu jadi alasan aku kenapa aku memutuskan move on dan berhenti bersedih atas "kegagalan" dan "waktu yang udah aku sia-siakan". Memang selama ini banyak pelajaran yang bisa aku ambil dari habit-nya doi. But sorry to say, it is not make me being "better".
Sejak lulus STM, dengan sangat iseng I've already applied Japanesse scholarship. Diploma bidang Seni. Inget banget saat itu, aku ke tempat fotokopian malam-malam, dan isi formulir di sana sekalian. Begitu selesai, langsung aku masukin ke amplop coklat kayak yang buat lamar kerja. Unfortunately, saat itu aku gak melek sama pentingnya Bahasa Inggris. Dan tentu saja tahap wawancara pakai Bahasa Inggris atauuuu Bahasa Jepang. LOL. At least aku sudah coba ya.
Sebelum lulus STM, temen cowok aku, ngajak untuk daftar beasiswa kampus swasta ternama di kotaku dan terkenal bagus untuk jurusan peminatanku. Syaratnya cukup mudah, cuma raport dengan nilai minimum sekian dan sertifikat lomba tingkat kota atau di atasnya. Gak cuman sehari-dua hari ngurus persyaratan berkas ini, tapi juga gak sampai seminggu. hehe. Setidaknya sepulang sekolah, akan ada kakak tingkat dari universitas tersebut datang ke sekolah kami untuk memberikan arahan seputar beasiswa tersebut. Dan alhamdulillah, aku lolos dan hanya perlu membayar biaya kesehatan tiap semesternya sebesar Rp100.000 ! Sayangnya lagi, bapak gak ijinin buat masuk ke kampus tersebut, karena khawatir aku gak mampu pertahanin IPK selama kuliah dan berakhir dengan harus membayar biaya kuliah secara mandiri. Aku maklum, karena saat itu masih ada masalah dalam keluarga. Ini seperti saat aku SD disuruh guruku minta perijinan ke orang tua untuk lomba matematika. Daaaaann aku gak dapat ijin juga karena masalah ekonomi yang sebenernya gak perlu dipikirin karena dapat biaya dari sekolah kan ya? hehe.
Ada yang ngerasain hal serupa juga? Well... Setelah aku pikir-pikir sekarang, mungkin saat itu aku kurang memberikan informasi yang mendetail sehingga aku gagal bikin orang tuaku percaya. Dan aku kurang mengupayakannya. Kebayang gak sih waktu dilarang itu, aku langsung diem aja gitu tanpa bantah. Wkwk.
Hari demi hari berlalu, bulan berganti tahun. Aku lulus kuliah tanpa prestasi lain selain IPK yang lebih tinggi dari teman-teman, tapi minim skill sosialisasi dan data tahan banting.
Banyak hal yang membuatku rendah diri dibanding orang-orang lain yang punya previlege dan skill yang mumpuni. Tapi, lagi-lagi aku harus bersyukur. Peristiwa putus sama pacar ini yang bikin aku bisa KEMBALI lagi raih mimpi-mimpiku. Akhirnya, temen-temen yang selalu bilang "udah putusin aja" ini justru yang merasa bahagia. Ini lucu banget justru. Terima kasih anyway manteman yang tidak merelakanku menekan pencapaian-pencapaian karna doi dulu auto diem sepanjang hari kalo aku cerita tentang something that i can achieve. Ditambah lagi muncullah mbak-mbak yang ternyata sama aja ini tabiatnya.
Sekali lagi, video youtube itu yang bikin aku ketularan nasib baiknya. Iseng banget aku daftar AAS dengan bermodalkan keyakinan bahwa ini beasiswa yang bisa bantu aku walau bahasa inggrisku kurang. Tak peduli lagi dengan pengalaman-pengalaman terdahulu, aku bisa maju aja gitu buat submit. Dan qadarullah, Allah kasih sesuatu yang unpredictable. Satu per satu tes bisa aku jalani dan lewati dengan penuh keberuntungan. Lolos dari satu tes ke tes selanjutnya makin nambah deg-degan yang cukup bikin tertekan. Kegiatan lain yang harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab pun lumayan harus nambahin effort untuk bisa seimbang dalam mempersiapkan diri. Minta sama Allah yang terbaik selalu bikin aku merinding dan beneran menggetarkan hati. Sebab, ternyata Allah kasih suatu hadiah di waktu yang tepat. Aku LOLOS BEASISWA ASS!
Aku tau, banyak orang Indo yang bisa kuliah di sana, tapi buat aku, ini sesuatu yang di luar bayanganku. Allah, terima kasih sudah berikan penghiburan yang tidak hanya menyenangkan hati hamba, tapi juga orang-orang yang sudah mendukung hamba.
Terima kasih Bu Ida, dosen FTIK yang sudah kirim chat whatsapp walau satu kalimat saja, tapi sungguh charge semangatku berkali-kali lipat.
Ausi, i'm coming!