Malam kemarin rasa bahagia benar-benar mengelilingiku di tengah
teman-teman dan alumniku. Bermain kartu, bercanda dan tertawa di warung
kucingan langganan kami yang berada tak jauh dari sekolahan tempat kami
menimba ilmu. Tak cukup kebahagian karena kebersamaan terjalin dengan
mereka, aku dibuatnya tersenyum dengan SMS dari mas Yazid. Meski hanya
sekedar basa-basi, tapi tak masalah bagiku.
-Adzan berkumandang, waktu Isya’ telah tiba, tak menunggu lama aku dan temanku, Dewi, segera menuju ke masjid terdekat dan meninggalkan yang lain. Ketika menuju ke masjid, terdengar suara memnggil namaku dengan antusias. “mbak Rishma, mbak Rishma, mbak Rishmma..!” aku mengenali suara itu, sontan aku membalas sapaan mereka tanpa menghentikan motorku. “Yo yo yo..” . Namun mereka tak berhenti meneriakiku -seperti rakyat Inggris menyambut Pangeran William dan Putri Kate Middleton- sampai sosokku tak dilihat oleh mereka. “Dasar adek kelas gokil!” ucapku pada Dewi yang duduk di belakangku.
“Suaranya Ardi, Putra, dkk nya kan??” tanya Dewi setelah aku emakirkan motorku.
“He-em” jawabku singkat.
-Kami memasuki masjid yang biasanya ramai pada siang hari oleh pegawai-pegawai dari kantor depan. Usai salat, seperti biasa aku bersyahadat, berdzikir, mengagungkan asma Allah, memanjatkan doa untuk kedua orangtuaku, dunia-akhirat, dan ilmu bermanfaat. Untuk menghilangkan kegundahan dalam hati, aku bersalawat. Favoritku adalah salawat nariyah. Aku melantunkan dengan suara pelan.
-Setibanya di kucingan kembali, Kami menjabat tagan salah satu alumni yag berpamitan untuk pulang karena sudah mengantuk, akunya. Tak melihaat sosok mas Totok, aku bertanya dan dijawab oleh temanku, Awan. tampak di sebelah mas Totok duduk seseorang berbaju putih. Hanya tampak punggungnya saja.
Dalam hati aku menduga-duga, “Mas Yazid bukan ya?”
Seperti mendengar kata hatiku, temanku menjwab, “Bukan mas Yzid lho Ris.”
“Masak sih wik? Keliatannya juga gitu. Itu postur sama rambutnya beda. Tapi kok aku yakin kalo itu mas Yazid ya?”.
Dengan cuek dan mencoba untuk tidak memikirkan mas Yazid yang dari tadi tidak membalas SMSku lagi, aku duduk di sebelah Awan, menertawai mas Bumi yang dikenai hukuman kaena kalah berturut-turut memainkan kartu. -bermain kartu dengan helm dibalik dan berdiri sementara yang lain duduk.-
-”Ma, sini!” panggil sosok itu yang ternyata mas Yazid.
Spontan aku tersinyum simpul. “Napa?” jawabku dengan tetap menata hati.
“Sini.. Aku datang disalami dong.”
Aku menghapirinya. Menjabat tangannya dan parah ketika ia memaksaku untuk menempelkan punggung tangannya di dahiku.
“Tambah gendhut mas?” ucapku basa-basi dengan tangan masih bersallaman dengannya. Aku deg-degan.
“Heeh nih, engga papa dong.” jawabnya sembari mengarahkan tanganku ke perutnnya. Kaget! spontan aku cubit aja perutnya yang tambah gembul. Tapi, segembul-gembulya dia tetap saja membuatnya selalu tampak kurus. karena takut detak jantungku terdengar olehnya saking bahagia, aku bergabung untuk bermain kartu.
-Waktu berlalu, pukul 21.30, aku masih menerima hukuman karena kalah. Namun mas Bumi menyelamatkanku dngan mengajak menyaksikan band-band yang menyanyikan lagu-lagu The Beatles dan lagu tahun 80an di taman tak jauh dari kucingan ini. Sementara yang lain mempersiapkan diri, aku yang tinggal menenteng postman bag-ku, mas Yazid mengelus rambutku dan mngerjaiku. bercanda dengannya dan berpegangan tangan. Terasa nyaman. Tak sengaja aku melihat ekspresi mbak Rani, ku lepaskan tangan mas Yazid karena aku tahu dia juga suka dengan mas Yazid.
-Tiba di taman, selama lagu dan nada-nada bersenandung, lagi-lagi Mas Yazid mengerjaiku. Tapi, menghindarlah yang aku pilih. terkadang, aku dibuatnya bingung. Kadang ia perhatian, begitu dekat denganku, namun terkadang cuek. Penyesalan hadir di dalam diriku di saat mendapati mas Yazid kebagian duduk di sebelah mbak Rani. Aku telah menyia-nyiakan waktu beramanya sebelum duduk di tribun ini. Kusibukkan diriku dengan beranda dengan mas Totok, mas Bumi, dan mas Septa, serta Dewi. Sementara mas Yazid dan mbak Rani sibuk dengan HPnya masing-masing. Tiba-tiba Dewi membisikiku, “Wah, malming sama mas Yazid. pasti seneng nih!.”
“Iya wik, engga nyangka. Tapi aku sebel o, deg-degan terus. Apalagi aps dia ngomong di kucingan tadi. Pas aku dipanggil.”
“Ngommong apa to?”
“Ke rumahmu yok nduk, tak apeli.” jawabku menirukan perkataanya tadi.
“Hahha..iya, aku denger. Kamunya juga malah ngga jawab! Dipancing-pancing gitu kek.”
“huh. engga tau harus gimana tadi. Aku takut.” seruku.
“Kalo sama dia sih aku engga inget deh sama Siwon sama Eunhyuk oppa.”
:::Semua Karena Kamu:::
No comments:
Post a Comment