Cara Ayah mendidikku memang berbeda dengan caranya mendidik ke-tiga 
kakakku, khususnya tentang pendidikan. Sejak SMP, ayah mulai mengambil 
alih kemana aku akan melanjutkan study-ku. Hal ini memang banyak terjadi
 diantara sekian banyak orang. Saat itu ayah menyuruhku untuk
 masuk ke 19 Junior High School yang terkenal dengan prestasi volly-nya,
 namun bukan itu yang menjadi alasan Ayah, sebenarnya karena kakak 
perempuanku, Asuka-anee bersekolah di sana. Aku berhasil memberontak, 
aku ingin bersekolah di 30 JHS yang memiliki rating lebih tinggi. 
Setelah lulus, kali ini aku menuruti ayahku yang mewajibkanku untuk 
masuk di salah satu vacational high school ternama di kotaku, yang harus
 ditempuh selama 4 tahun di atas waktu normal sekolah menengah 3 tahun. 
Ternama bukan karena siswa-siswinya yang berkelas atau memiliki ekonomi 
tingkat atas, namun karena lulusan yang dihasilkan yang katanya selalu 
sukses.
Dan kali ini, ketika aku memasuki masa college,  awalnya Ayah tak 
mengijinkanku untuk kuliah. Aku pikir karena Ayah harus menyekolahkan 
adek tiriku dahulu yang juga masuk ke universitas. Dia persis 1 tahun di
 bawahku. Tapi…
“Ayah, aku insyaallah akan melamar kerja ke salah satu pabrik di Nagoya”, ucapku.
“Sebagai apa?”, tanya Ayah singkat.
“Sebagai admin, Yah”
“Silahkan kalau begitu”
“Kalau ke luar pulau, apakah kau mengijinkan?”, tanyaku lagi mencoba memberanikan diri.
“Di sebuah perusahaan  daerah Fukuoka, sebagai IT-nya”, lanjutku.
“Apakah kau tak ingin kuliah?”, tanya Ayah.
“Ha????”, aku benar-benar kaget. Apa yang Ayah pikirkan?
“Kalau bisa kau kuliah tahun ini, sambil kerja”
Ya Alla~h, apa yang diinginkan Ayah sebenarnya? Aku benar-benar tak 
paham. Pendaftaran untuk universitas mungkin tinggal 1 gelombang lagi, 
dan aku terlanjur tidak memperhatikan ketika teman-teman membahas 
tentang kuliah. Aku buta akan cara mendaftar kuliah. Asuka-anee pun juga
 tak cukup membantuku, ia justru menyuruhkan mengajak teman untuk pergi 
langsung ke universitas yang akan aku tuju. Saat aku berkata, 
“Teman-temanku meneruskan dengan jalur vacational school di National 
College”. Asuka-anee justru terdiam tanpa kata, mungkin ia terdiam 
karena tak dapat memberikan solusi.
Selama beberapa hari, aku bergegas mencari informasi tentang sekolah 
sore ini. Dan menemukan 2 orang teman laki-lakiku yang juga akan 
mendaftar ke IT University, Yasuhiro dan Yosia. Yasuhiro adalah temanku 
yang pandai dalam hal network support, sedangkan Yosia adalah orang 
keturunan China yang pandai dalam design dan animation.
“Pendaftaran dibuka lagi bulan April depan”,  kata Yosia memberiku informasi ketika kami makan di kantin bersama.
Saat kembali ke kelas Programing, aku membuka situs IT University, 
namun disana menjelaskan bahwa kelas IT sudah penuh. Oh My God! Yang 
masih tersisa adalah kelas Scient Information.
Bergegas pulang ke rumah…
“Asuka-anee, kau memiliki teman yang kuliah di IT University?”, tanyaku
“Ya, Zikime mengambil kuliah sore IT Departement.”
“Aaaa~~, tolong tanyakan padanya tentang pendaftarannya”, pintaku
Chch, aku tak mendapatkan jawaban yang memuaskan.  Ditambah lagi, tiba-tiba Mariko mengirim pesan kepadaku.
  Ditambah lagi, tiba-tiba Mariko mengirim pesan kepadaku.
“Maaf, Ayako, apakah kau jadi melamar ke Nagayo?”, tanyanya.
“Tidak tahu. Aku sebenarnya ingin berkonsentrasi dengan tugas akhir 
kita. Pertengah bulan ini bukankah harus dikumpulkan? Bagaimana 
denganmu?”, balasku.
“Ya. Aku sepertinya minggu depan akan melamar”, jawabnya. Aku tak membalas lagi.
Aku benar-benar linglung. Sama halnya dengan Ayah yang tiba-tiba beruba pikiran, Mariko pun juga demikian.
Banyak pertimbangan yang aku pikirkan. Tentang ketahanan fisikku 
nantinya, tentang sanggupkah aku mengatur waktu, tentang teman-teman 
yang akan aku temui, yan kemungkinan besar lebih tua dariku, yang lebih 
berpengalaman, dan mungkin lebih cerdas, dan apakah ada teman ceweknya. 
Cih, aku bahkan memikirkan jika tak ada teman ceweknya, dengan siapa aku
 pergi ke kamar mandi tengah malam seperti itu?
Well, jika aku bekerja di Nagayo, dan aku kuliah di IT University…aku
 rasa itu tak mungkin. Dapat dibilang luar kota! Bagaimana sanggup?
Ya Allah, berikanlah hamba kemudahan, kemampuan, keberanian, tunjukkan dengan jelas jalanku Ya Allah,Ya Hadi…
 
 
No comments:
Post a Comment