Dibanding
aku dan kedua kakakku yang lain, kami sepakat bahwa Debby eonni dapat
dikatakan paling beruntung. Semua permintaan eonni selalu dapat terwujud
tanpa banyak babibu (basa-basi). Apa yang diinginkan eonni selalu
terlihat mulus. Ayah dan Ibu pun mengakui hal tersebut. Pernah iri? Siapa? Aku? Enggaklaaah, enggak pernah #Senyumpalingmanis
Hmm sebenarnya sih hampir. Catat yaaa HAMPIR. Terus rasa cuekku pasti lebih ngalahin dari rasa iriku itu. Muehehe.
Namun, belakangan ini, pasca aku mulai
mendekati kakakku untuk menasihatinya (karena ada satu hal yang menjadi
masalah di dalam keluarga kami), aku mulai merasakan ada suatu tekanan
yang dirasakan eonni. Dengan keadaan kedua kakakku dan aku sudah bekerja
(alhamdullillah) dan tinggal eonni saja yang masih kuliah (tinggal
menyelesaikan skripsi tahap akhir), ada perkataan dari pacar eonni yang
masih terngiang. Eonni pengangguran.
Padahal kan eonni tinggal nunggu panggilan sidang dari dosen. Yah, aku
memang
masih mau jalan semester dua, namun aku pun juga bekerja di pagi harinya.
masih mau jalan semester dua, namun aku pun juga bekerja di pagi harinya.
Kalau dipikir-pikir, pacar eonni
seharusnya tidak berbicara seperti itu. Aku juga pernah nganggur dua
bulan lebih di saat semua teman-temankuu sudah mendapatkan pekerjaan,
terlebih lagi memikul almamater sekolah yang dikenal bagus. Aku pun juga
pernah merasa tertekan. Namun semua itu adalah proses kan? Masa
sekarang pun juga dialami oleh eonni. Proses. Yah, biar
bagaimana pun juga, aku akan tetap membantu eonni, untuk
menyemangatinya. Dan suatu kepuasanku adalah dengan adanya peristiwa ini
eonni lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Alhamdulillah. ^^
No comments:
Post a Comment