Baru saja aku menerima pesan dari teman
SD-ku, Devi dan Setyawan, yang mengabarkan bahwa teman kami, Nugroho,
telah tiada. Ya, pagiku disambut berita duka. Dan itu sangat membuatku
kalang kabut. Bingung dan sedih. Saat mengundangnya ke reuni SD bulan
Juni lalu, aku tak sempat ikut ke rumahnya, para cowok saja yang ke
sana. Dan sekarang pun, aku tak dapat menghadiri pemakamannya. Aku
menyesal. Empat tahun bersama, meski aku baru bertemu dengan alm.
Nugroho di tingkat 4 SD, dan hingga sebelum ia pergi kami belum bertemu
lagi hingga aku berusia 18 tahun. Yang sangat aku sayang kan adalah ia
harus menghadap Allah akibat kebiasaannya
“mayak”, yah, minum minuman keras. Aku benar-benar tak menyangka. Ia
tiada sebelum memperbaiki kesalahannya. Semoga saja ia diterima di sisi
Allah dan keluarganya diberi ketabahan dan kekuatan. Amin.
Aku memang tak berkesempatan menghadiri
pemakamannya, aku hanya dapat memberitahu teman -teman SD yang lain, dan
aku harap untuk teman-teman yang lain hal ini dapat menjadi suatu
pelajaran.
***Tujuh tahun yang lalu***
“Ayo pulaaang!!” seru segerombolan anak kecil tingkat 5 SD Kalkid dengan riang usai mengikuti ekstrakulikuler komputer.
“Jajan dulu yok!”, ajakku kepada teman-teman cewek yang sudah bersiap membawa tas untuk keluar dari ruangan itu.
Kami pun berjalan menuju penjual-penjual jajanan kecil di luar sekolahan.
Plak!
“Aihh!!! Menuuuuugg GILAAA!!!”, teriakku
sambil mengejar anak bertubuh kurus dan hitam itu, ya, Nugroho yang
melarikan diri setelah menapok pantatku.
“Hahahahahhaa… maaf maaf!”, teriak
Nugroho sambil terus berlari hingga akhirnya berhenti karena aku
menyerah untuk tidak mengejarnya lagi. Kecepatannya berlari melebihi
kemampuanku.
Nugroho, anak penjual tahu gimbal yang
menjadi favoritku dan kakak-kakakku. Dia memang anak yang usil. Bahkan
ketika kami sama-sama pergi ke masjid tepat sebelah rumahnya untuk
mengaji atau terawih di bulan puasa pun ia tak jarang mengganggu
anak-anak lain. Dia memang hiperaktif. Tak dapat diam walau hanya
sebentar.
###Selasa, 15 Oktober 2011###
Hari ini targetku untuk menyelesaikan
beberapa poin tugas tambahan untukku, agar aku dapat segera
menyelesaikan laporan magangku. Namun di tengah konsentrasiku, aku
mendapat kabar duka LAGI! Kali ini anak dari guru Network Support-ku yang baru saja menikah.
“Sssstss, Mo!”, panggil Hyu Sub dengan bisik-bisik tak mau mengganggu sang programer.
“Napa?”, tanyaku ikut-ikut berbisik.
“Nih”, Hyu Sub menyerahkan handphone-nya kepadaku, menunjukkan sms dari adek kelas kami.
“Innalillahiwainnailihirojiun…”, spontan aku berkata setelah membaca pesan itu.
“Mbak, anaknya pak Agus S meninggal. Ini guru-guru masih layat ke sana”
Aku shock!! Baru saja aku akan menulis
cerita tentang kepergian Nugroho. Dan sekarang aku mendapat berita duka
lagi dari guru jurusanku. Dan kali ini aku tak dapat menahan air mataku
setelah membaca balasan pesan dari pak Agus.
“Ya Allah, terimalah sahabat hamba, Nugroho, dan anak dari guru hamba, pak Agus di sisi-Mu. Ampuni segala dosanya dan tabahkan serta kuatkan keluarganya. Sesungguhnya mereka adalah saudara hamba yang baik hati. Amin”
No comments:
Post a Comment